Avenu Shalom Alaechim! Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.**** Yeh. 1:28 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,Yer 9:23.

21 Januari 2014

Semua Orang Ingin Hadiah

Lord, teach me that my prayers
can only be answered
after the big pause of letting go.




Awan dan angin tanpa hujan, 
demikianlah orang yang menyombongkan diri
dengan hadiah yang tidak pernah diberikannya.
Ams. 25:16 


     Ya, semua orang ingin mendapat hadiah. Tidak perduli dia orang kaya atau orang miskin, berumur tua atau muda, pemalu atau tidak tahu malu, berhak atau tidak berhak. Wah yang terakhir yang agak berat, "berhak atau tidak berhak".
    Dikisahkan seorang pemuda yang dipercaya tuannya untuk membagikan 800 hadiah untuk dibagi-bagikan kepada para tamu-tamu pesta. Si tuan ingin membagikan hadiah-hadiah yang sudah ia siapkan bagi teman-temannya yang diundang ke pestanya. Tentu sang tuan juga menyediakan hadiah lebih dari sejumlah 800. "Siapa tahu ada kekurangan atau tamu yang datang bertambah diluar perkiraannya", pikir si Tuan. 

Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri
atau memberi hadiah kepada orang kaya,
hanya merugikan diri saja. Ams 22:16 


    Adapun si pemuda yang mendapat kepercayaan si Tuan, berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaan sederhana itu, yaitu sebagai pembagi. Ia hitung terlebih dahulu, jumlah seluruh hadiahnya, ada 1.000 buah. 1.000 hadiah itu terbagi dalam beberapa kotak besar dan kecil dengan jumlah yang berbeda-beda. Si Tuan berpesan untuk tidak membuka semuanya dahulu, jadi ada kotak yang disisakan tidak dibuka.
    Dan saatnyapun tiba. para tamu berduyun-duyun datang ke pesta itu. Mereka ada yang dari golongan orang-orang kaya, menengah, dan biasa saja. Ada yang berdandan sederhana, adapula yang sangat mewah. Setelah para tamu puas makan dan minum mereka pun menuju tempat dimana dapat menukarkan kartu untuk ditukar dengan hadiah dari si Tuan. Ada dua jenis kartu yang disiapkan si Tuan. Kartu pertama untuk dipakai berfoto sekaligus ditukar kenang-kenangan berupa foto, dan kartu kedua untuk mengambil hadiah bingkisan.

Ternyata ada berbagai macam tipe-tipe perilaku tamu, antara lain:
1. Ada yang menyerahkan kedua jenis kartu sekaligus ditempat pengambilan hadiah bingkisan.
2. Ada yang memakai kartu untuk berfoto tapi untuk ditukarkan dengan hadiah bingkisan.
3. Ada yang yang benar yaitu dengan menukarkan kartu hadiah untuk mengambil hadiah bingkisan.
4. Ada yang meminta hadiah tanpa kartu pengambilan hadiah karena hilang
5. Ada yang sudah tahu kartu untuk berfoto tapi berusaha dengan sengaja menukarkan dengan hadiah
6. Ada yang tidak punya kartu alias bukan tamu undangan tetapi meminta hadiah
7. Ada yang punya satu kartu tapi meminta dua hadiah bingkisan.
8. Ada yang punya satu kartu tapi meminta hadiah bingkisan lebih dari dua
9. Ada yang memaksa meminta hadiah bingkisan meskipun tidak punya kartu.
10. Ada yang berhak mendapat hadiah tapi karena tidak dapat menunjukkan kartunya, rela tidak membawa hadiah
11. Ada yang menukarkan hadiah dengan memilih sendiri.




Kemudian Daniel menjawab raja: "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku. Dan 5:17  



     Demikianlah tipe-tipe para tamu undangan. Lalu termasuk tipe yang manakah saudara? 

dan berlari-lari kepada tujuan 
untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi
dari Allah dalam Kristus Yesus. Flp 3:14 

    

20 Januari 2014

Candi Banyunibo, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Banyunibo
Banyunibo Temple




Candi Banyunibo merupakan kompleks percandian yang terletak di dusun Cepik, kelurahan Bokoharjo, kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Candi Banyunibo dibangun di dataran yang dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur, dan selatan. Candi ini ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada bulan November 1940, selanjutnya dilakukan penelitian sampai tahun 1942 yang berhasil menyusun kembali bagian atap dan pintu candi. Sampai tahun 1962 berhasil menyelesaikan subasement, kaki candi, tubuh candi serta pagar sisi utara. Pemugaran candi Banyunibo dapat diselesaiakan pada tahun 1978. Candi Banyunibo terdiri dari satu buah bangunan induk dan 6 buah candi perwara yang terdiri dari 3 buah candi perwara selatan dan 3 buah perwara timur.




Candi Induk

Candi induk Banyunibo menghadap ke arah Barat, pada bagian kiri dan kanan tangga terdapat pipi tangga yang terdapat pahatan tokoh-tokoh yang belum dapat diketahui identitasnya. Pada bagian ambang pintu masuk, terdapat hiasan kalamakara (?), sedangkan pada bagian ujung pipi tangga terdapat hiasan makara yang berakhir dengan relief seekor singa.


Tubuh candi berbentuk tambun dan pada bagian dinding penampil sebelah selatan terdapat relief seorang wanita yang dikerumuni anak-anak, sedangkan relief di dinding utara menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk. Candi Banyunibo mempunyai ukuran 15,325 x 14,25 m dengan tinggi 14,25 m, tinggi kaki candi adalah 2,5 m, masing-masing sudut candi terdapat Jaladwara yang berfungsi sebagai saluran air hujan.

Kaki candi Banyunibo pada masing-masing sisinya dibagi menjadi beberapa bidang (panel) yang berisi hiasan berupa tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot-pot bunga berbentuk seperti sandaran lampu duduk, pinggan, buah wortel, dan siput yang dianggap sebagai lambang kehidupan atau kesuburan. Di atas kaki candi terdapat selasar tanpa pagar langkan yang berfungsi sebagai jalan untuk mengelilingi candi. Kedua relief tersebut menggambarkan Hariti, dewi kesuburan dalam agama Budha, dan Vaisnawana (suaminya). Di sisi dalam dan luar terdapat relief tokoh Kuwera(?).


Didalam tubuh candi terdapat bilik yang berukuran 6.875 x 4,5m. Bagian dinding candi terdapat jendela-jendela yang dihias dengan pilaster.
Atap candi Banyunibo bagian bawah berbentuk daun bunga padma (ghania) yang di atasnya diletakkan puncak atap berbentuk stupa terdiri dari prasadha harmika dan yasti. Hal tersebut menunjukkan candi Banyunibo berlatar belakang agama Budha. (sumber: spanduk di kompleks candi Banyunibo)







16 Januari 2014

Baca Novel, Tingkatkan IQ


Baca Novel dapat Meningkatkan IQ


Senangnya membaca tuntas sebuah novel

     Senang rasanya, hari Selasa 14 Januari 2014 akhirnya usai sudah kubaca novel setebal 319 halaman seperti gambar di atas. Novel berjudul, Gunung Kelima atau "The Fifth Mountain" karangan Paulo Coelho cukup menarik. Paulo Coelho melukiskan perjalanan hidupnya seperti kisah nabi Elia dalam kitab Perjanjian Lama. Tidak sama persis sih... tapi mungkin bagi anak-anak yang membacanya perlu memahami kisah nabi Elia yang sesungguhnya dahulu agar tidak salah mengerti.

Manfaat Baca Novel

     Biasanya aku suka baca buku-buku non fiksi. Tapi komitmen di 2014 memaksaku untuk mencekoki otak ini dengan novel-novel. Beberapa artikel mengatakan bahwa membaca novel akan meningkatkan kecerdasan intelektual kita. Bahkan obrolanku dengan seorang penulis yang juga kutu buku novel, bahwa dengan rajin membaca novel, maka wawasan kita akan semakin bertambah dan terasah. Contohnya kita bisa tahu bagaimana seluk-beluk kehidupan atau dunia malam, tanpa pernah sama sekali mengenal dunia malam. Kita bisa tahu karena ada seseorang yang menuliskannya dari pengalaman pribadinya. Dan imajinasi-imajinasi kita bisa semakin terasah dengan pengalaman penulis yang tertuang dalam sebuah novel yang kita baca. Bisa memahami perwatakan orang, masuk dalam konflik yang mungkin sama sekali kita belum pernah alami, dan lain sebagainya.

Pelajaran dari novel "The Fifth Mountain"

     Nah, lalu sedikit yang ingin aku bagi ke temen-temen tentang novel Paulo Coelho kali ini, antara lain:

1. Kita perlu berkaca dan mewarisi keteladanan tokoh dalam Alkitab.
    Paulo Coelho telah memilih menghayati hidupnya seperti dalam sisi-sisi manusiawi yang dialami nabi Elia. sebab Alkitab tidak memrinci tentang sisi-sisi manusiawi atau konflik batin dan mungkin kesendirian dan penderitaan yang dialami nabi Elia. Bagaimana situasi-situasi yang mencekam yang dialami nabi Elia. Ketika nabi Elia harus menjadi buron karena kebijakan kerajaan saat itu bahwa semua nabi Allah saat itu harus dibunuh. Elia harus melarikan diri atau menyelamatkan nyawanya dan tinggal di sungai Kerit. Elia harus berjuang dalam keputusasaanya dengan 'dialog' bersama burung gagak. Di mana burung gagak dalam beberapa kisah biasanya digambarkan dengan 'pembawa berita kematian' tapi toh dipakai Tuhan bertugas memberi makan Elia dengan membawa roti dan daging.
     Selajutnya perjalanan Elia menuju Sarfat. kota dimana malaikat Tuhan berpesan untuk menyelesaikan suatu misi mulia. Di Sarfat-lah Elia dibentuk Tuhan. Ia harus bertemu dengan seorang janda miskin. Dimana keduanya saling beradu pendapat untuk memperjuangkan hidup matinya masing-masing. Elia juga diajari bagaimana ia dapat membuat mukjizat minyak yang akan keluar terus selama musim kemarau dirumah janda tersebut. Namun klimaks berlanjut dalam kisah si anak janda Sarfat yang mendadak sakit dan akhirnya nyawanya tidak tertolong. Diilustrasikan Elia dipersalahkan oleh penduduk setempat, dan juga manjadi pusat kambing hitam penyebab bencana di kota itu. Bahkan usaha Elia pun tidak secepatnya membuahkan hasil. usahanya dalam berdoa agar si anak hidup kembali tidak langsung terjawab. meletakkan tongkat di atas mayat anak itu juga belum membuat anak hidup kembali. Tapi ditengah usahanya yang seolah-olah bukan seperti nabi yang selalu mujarab pada akhirnya dapat membangkitkan si anak dari maut.
   
2. Konflik Asasi
    Dalam novel Gunung Kelima ini dikisahkan bagaimana Elia berjuang untuk menegakkan perdamaian. Meskipun ia bukan pengambil keputusan. Namun sangatlah sulit meneggakkan perdamaian itu. Mungkin penulis sangat menghargai hak-hak asasi manusia. Elia lebih yakin perdamaian lebih baik daripada perang. Bahkan kekerasan bukan jalan yang baik. Dan dalam kisah Jenderal Asyur yang harus tewas dalam cara dirajam, penggambarannya sangatlah menyentuh. Kebijakan dan konflik antara penguasa dan pelaksana eksekutor ternyata tidak mudah dipertemukan kata sepakat.

3. Sistem penulisan Byblos (Coelho:159)
     Semenjak orang atau bangsa mengenal alfabet atau tulisan, maka berubahlah peradaban bangsa itu. Dengan tulisan maka sejarah dapat diabadikan, diwariskan, dan dituturkan. Tulisan menjadi alat bukti bahwa generasi terdahulu ingin menyampaikan pesan bahwa mereka adalah bangsa yang menunjung tinggi perdamaian dan negosiasi.
     Alfabet adalah inovasi bangsa Yunani dengan manambah lima huruf yaitu huruf vokal kepada dua puluhan huruf Byblos. Sistem alfabet sangat bermanfaat dalam kontak dagang antar bangsa-bangsa.

4. Hidup itu naik dan turun dan seterusnya.
    Tiap orang punya mimpi dan cita-cita. Tapi Tuhan dalam menuntun kita atau penulis sungguh melewati jalan yang naik turun. Namun penulis berpesan bahwa kita tidak boleh menyerah dalam meraih cita-cita. Namun ada saatnya dalam suatu hidup adalah baik jika sesuatu itu harus dihancurkan atau dibakar atau diremukkan terlebih dahulu. Dan pejuang akan tetap memiliki semangat untuk memberbaiki masa depannya lebih baik. Selain itu hal-hal yang tidak bisa kita ubah harus kita relakan.

"Dan pejuang selalu tahu apa yang layak diperjuangkan. Dia tidak akan maju perang demi hal-hal yang bukan urusannya, dan dia tidak membuang-buang waktu untuk provokasi-provokasi.
"Pejuang juga bisa menerima kekalahan. Dia tidak menganggap enteng kekalahan, juga tidak berusaha mengubahnya menjadi kemenangan. Dia menelan kepahitan akibat kekalahan; dia akan bangkit kembali dan memulai segalanya dari awal. Pejuang tahu bahwa perang terdiri atas banyak pertempuran; dan dia akan terus maju. (Coelho:277-288)

5. Nama baru
     Dari peristiwa kehancuran kota itu serta kematian perempuan yang dicintainya, Elia belajar memahami bahwa dia pun perlu mempunyai nama baru. Dan pada saat itulah dia menamai hidupnya Pembebasan, (Coelho:270). Dan untuk ini aku menyebut diriku sebagai.... 'Yang dikaruniai'.

6. Menjadi Gubernur
     Dan pada akhirnya Elia dipilih rakyat menjabat sebagai gubernur di Akbar. Dan gubernur selanjutnya adalah anak si janda di Sarfat. Novel ini diakhiri dengan happy ending. perjalanan sebuah kota yang dihancurkan dan berubah menjadi kota yang tetap menjaga kedamaian dan keindahan.

Anak laki-laki itu tumbuh dewasa, menjadi gubernur di kota, dan dikenal sebagai orang bijak dikalangan rekan-rekannya. Dia meninggal dalam usia tua, ditengah-tengah orang yang disayanginya, dan kata-kata yang selalu dia ucapkan adalah, 

"Kota ini harus dijaga tetap indah dan kokoh,
sebab ibuku masih melangkah di jalanan-jalananya"
(Coelho: 314)





Wikipedia

Hasil penelusuran

SolaAgape. Diberdayakan oleh Blogger.
 

My Blog List

Site Info

Padaleman Suci GKJ Tanjungtirto

Followers

Sekolah Agape Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template