Avenu Shalom Alaechim! Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.**** Yeh. 1:28 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,Yer 9:23.

16 Januari 2014

Baca Novel, Tingkatkan IQ


Baca Novel dapat Meningkatkan IQ


Senangnya membaca tuntas sebuah novel

     Senang rasanya, hari Selasa 14 Januari 2014 akhirnya usai sudah kubaca novel setebal 319 halaman seperti gambar di atas. Novel berjudul, Gunung Kelima atau "The Fifth Mountain" karangan Paulo Coelho cukup menarik. Paulo Coelho melukiskan perjalanan hidupnya seperti kisah nabi Elia dalam kitab Perjanjian Lama. Tidak sama persis sih... tapi mungkin bagi anak-anak yang membacanya perlu memahami kisah nabi Elia yang sesungguhnya dahulu agar tidak salah mengerti.

Manfaat Baca Novel

     Biasanya aku suka baca buku-buku non fiksi. Tapi komitmen di 2014 memaksaku untuk mencekoki otak ini dengan novel-novel. Beberapa artikel mengatakan bahwa membaca novel akan meningkatkan kecerdasan intelektual kita. Bahkan obrolanku dengan seorang penulis yang juga kutu buku novel, bahwa dengan rajin membaca novel, maka wawasan kita akan semakin bertambah dan terasah. Contohnya kita bisa tahu bagaimana seluk-beluk kehidupan atau dunia malam, tanpa pernah sama sekali mengenal dunia malam. Kita bisa tahu karena ada seseorang yang menuliskannya dari pengalaman pribadinya. Dan imajinasi-imajinasi kita bisa semakin terasah dengan pengalaman penulis yang tertuang dalam sebuah novel yang kita baca. Bisa memahami perwatakan orang, masuk dalam konflik yang mungkin sama sekali kita belum pernah alami, dan lain sebagainya.

Pelajaran dari novel "The Fifth Mountain"

     Nah, lalu sedikit yang ingin aku bagi ke temen-temen tentang novel Paulo Coelho kali ini, antara lain:

1. Kita perlu berkaca dan mewarisi keteladanan tokoh dalam Alkitab.
    Paulo Coelho telah memilih menghayati hidupnya seperti dalam sisi-sisi manusiawi yang dialami nabi Elia. sebab Alkitab tidak memrinci tentang sisi-sisi manusiawi atau konflik batin dan mungkin kesendirian dan penderitaan yang dialami nabi Elia. Bagaimana situasi-situasi yang mencekam yang dialami nabi Elia. Ketika nabi Elia harus menjadi buron karena kebijakan kerajaan saat itu bahwa semua nabi Allah saat itu harus dibunuh. Elia harus melarikan diri atau menyelamatkan nyawanya dan tinggal di sungai Kerit. Elia harus berjuang dalam keputusasaanya dengan 'dialog' bersama burung gagak. Di mana burung gagak dalam beberapa kisah biasanya digambarkan dengan 'pembawa berita kematian' tapi toh dipakai Tuhan bertugas memberi makan Elia dengan membawa roti dan daging.
     Selajutnya perjalanan Elia menuju Sarfat. kota dimana malaikat Tuhan berpesan untuk menyelesaikan suatu misi mulia. Di Sarfat-lah Elia dibentuk Tuhan. Ia harus bertemu dengan seorang janda miskin. Dimana keduanya saling beradu pendapat untuk memperjuangkan hidup matinya masing-masing. Elia juga diajari bagaimana ia dapat membuat mukjizat minyak yang akan keluar terus selama musim kemarau dirumah janda tersebut. Namun klimaks berlanjut dalam kisah si anak janda Sarfat yang mendadak sakit dan akhirnya nyawanya tidak tertolong. Diilustrasikan Elia dipersalahkan oleh penduduk setempat, dan juga manjadi pusat kambing hitam penyebab bencana di kota itu. Bahkan usaha Elia pun tidak secepatnya membuahkan hasil. usahanya dalam berdoa agar si anak hidup kembali tidak langsung terjawab. meletakkan tongkat di atas mayat anak itu juga belum membuat anak hidup kembali. Tapi ditengah usahanya yang seolah-olah bukan seperti nabi yang selalu mujarab pada akhirnya dapat membangkitkan si anak dari maut.
   
2. Konflik Asasi
    Dalam novel Gunung Kelima ini dikisahkan bagaimana Elia berjuang untuk menegakkan perdamaian. Meskipun ia bukan pengambil keputusan. Namun sangatlah sulit meneggakkan perdamaian itu. Mungkin penulis sangat menghargai hak-hak asasi manusia. Elia lebih yakin perdamaian lebih baik daripada perang. Bahkan kekerasan bukan jalan yang baik. Dan dalam kisah Jenderal Asyur yang harus tewas dalam cara dirajam, penggambarannya sangatlah menyentuh. Kebijakan dan konflik antara penguasa dan pelaksana eksekutor ternyata tidak mudah dipertemukan kata sepakat.

3. Sistem penulisan Byblos (Coelho:159)
     Semenjak orang atau bangsa mengenal alfabet atau tulisan, maka berubahlah peradaban bangsa itu. Dengan tulisan maka sejarah dapat diabadikan, diwariskan, dan dituturkan. Tulisan menjadi alat bukti bahwa generasi terdahulu ingin menyampaikan pesan bahwa mereka adalah bangsa yang menunjung tinggi perdamaian dan negosiasi.
     Alfabet adalah inovasi bangsa Yunani dengan manambah lima huruf yaitu huruf vokal kepada dua puluhan huruf Byblos. Sistem alfabet sangat bermanfaat dalam kontak dagang antar bangsa-bangsa.

4. Hidup itu naik dan turun dan seterusnya.
    Tiap orang punya mimpi dan cita-cita. Tapi Tuhan dalam menuntun kita atau penulis sungguh melewati jalan yang naik turun. Namun penulis berpesan bahwa kita tidak boleh menyerah dalam meraih cita-cita. Namun ada saatnya dalam suatu hidup adalah baik jika sesuatu itu harus dihancurkan atau dibakar atau diremukkan terlebih dahulu. Dan pejuang akan tetap memiliki semangat untuk memberbaiki masa depannya lebih baik. Selain itu hal-hal yang tidak bisa kita ubah harus kita relakan.

"Dan pejuang selalu tahu apa yang layak diperjuangkan. Dia tidak akan maju perang demi hal-hal yang bukan urusannya, dan dia tidak membuang-buang waktu untuk provokasi-provokasi.
"Pejuang juga bisa menerima kekalahan. Dia tidak menganggap enteng kekalahan, juga tidak berusaha mengubahnya menjadi kemenangan. Dia menelan kepahitan akibat kekalahan; dia akan bangkit kembali dan memulai segalanya dari awal. Pejuang tahu bahwa perang terdiri atas banyak pertempuran; dan dia akan terus maju. (Coelho:277-288)

5. Nama baru
     Dari peristiwa kehancuran kota itu serta kematian perempuan yang dicintainya, Elia belajar memahami bahwa dia pun perlu mempunyai nama baru. Dan pada saat itulah dia menamai hidupnya Pembebasan, (Coelho:270). Dan untuk ini aku menyebut diriku sebagai.... 'Yang dikaruniai'.

6. Menjadi Gubernur
     Dan pada akhirnya Elia dipilih rakyat menjabat sebagai gubernur di Akbar. Dan gubernur selanjutnya adalah anak si janda di Sarfat. Novel ini diakhiri dengan happy ending. perjalanan sebuah kota yang dihancurkan dan berubah menjadi kota yang tetap menjaga kedamaian dan keindahan.

Anak laki-laki itu tumbuh dewasa, menjadi gubernur di kota, dan dikenal sebagai orang bijak dikalangan rekan-rekannya. Dia meninggal dalam usia tua, ditengah-tengah orang yang disayanginya, dan kata-kata yang selalu dia ucapkan adalah, 

"Kota ini harus dijaga tetap indah dan kokoh,
sebab ibuku masih melangkah di jalanan-jalananya"
(Coelho: 314)





0 komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran

SolaAgape. Diberdayakan oleh Blogger.
 

My Blog List

Site Info

Padaleman Suci GKJ Tanjungtirto

Followers

Sekolah Agape Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template