Avenu Shalom Alaechim! Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.**** Yeh. 1:28 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,Yer 9:23.

22 Januari 2011

“Sikap Seorang Sahabat”

“Sikap Seorang Sahabat”
Sikap Seorang Sahabat”
(Sebuah Perenungan tentang Terjawabnya Doa)


Saya masih ingat sekali dengan pertanyaan ini, “Kita sudah berdoa dan terus berdoa lama sekali namun tidak dijawab Tuhan?”. Belum usai pertanyaan tersebut dilanjutkan pertanyaan berikutnya, “Mungkin ada dosa-dosa kita yang belum kita bereskan dihadapan Tuhan?”. Dalam hati saya menjawab, “Ya, pastinya setiap manusia memiliki dosa!” (tanpa bermaksud menghapus ajaran pertobatan!). Bagi saya setiap orang memiliki dosa dan harus mengakuinya. Alkitab secara tidak langsung menyebut orang yang tidak mengakui dosanya sebagai penipu!

Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa,
maka kita menipu diri kita sendiri
dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
(1 Yoh. 1:8)

Dalam penggalian, saya menemukan dan memilih pendekatan jawaban doa melalui pemahaman sikap seorang sahabat. Jika harus meninjau imbal-balik antara doa dan dosa sepertinya terlalu sederhana. Doa kita dijawab Tuhan, berarti hidup kita nihil dosa. Sementara itu doa kita tidak dijawab karena kita berdosa. Saya lebih nyaman menghayati perumpamaan yang diberikan Yesus dalam Lukas 11:5-13 dan Lukas 18:1-8. Mari kita urai satu per satu.

Tidak’ bukan berarti ‘Tidak bisa’
Dalam persahabatan ada kalanya jawaban ‘ya’ (karena sejalan) namun juga bisa muncul kalimat, “Aku tidak bisa membantumu!”. Dibawah judul perikop LAI yaitu: Hal berdoa, dalam Lukas 11-5-8 mengisahkan dua orang yang menjalin persahabatan. Kita semua tahu arti sahabat.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran
(Ams. 17:17).

Sahabat lebih dari sekedar teman. Seorang sahabat sejati bisa berbagi suka dan duka bersama. Bahkan jalinan persahabatan bisa melebihi hubungan persaudaraan.

Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
tetapi ada juga sahabat yang lebih karib
dari pada seorang saudara.
(Ams. 18:24).

Seperti dikisahkan dalam perikop di atas, dimana seorang sahabat yang tanpa rasa malu berterus terang ke rumah sahabatnya saat tengah malam untuk mencari pinjaman. Sahabat itu bermaksud meminjam 3 buah roti kepada sahabatnya. Tiga buah roti itu untuk menjamu sahabatnya yang lain yang akan singgah ke rumahnya. Tidak diceritakan mengapa sampai bisa sahabat itu tidak memiliki sesuatu apa-apa untuk dihidangkan pada sahabatnya tersebut. Mungkin ia lupa membeli roti di siang hari? Atau mungkin ia memang sedang pailit dan tidak memiliki makanan apapun untuk dibelinya. Dan sepertinya memang ia sedang tidak punya uang. Sebab ia meminjam roti kepada temannya, bukan membelinya. Lepas dari hal itu, inilah yang hendak dikisahkan Tuhan Yesus. Perhatikan ayat berikut ini:

Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun
dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya,
namun karena sikapnya yang tidak malu itu,
ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya
apa yang diperlukannya.
(Luk. 11:8)

Nah, pada tahap awal sahabat yang satu mengalami penolakan bukan?! Memang tidak diceritakan berapa jam atau berapa lama akhirnya sahabat itu bisa mendapatkan pinjaman roti tersebut. Pelajaran pertama adalah penolakan. Seorang sahabat enggan memberi bantuan.
Merupakan tantangan tersendiri, jika doa kita mungkin masih tidak membuahkan hasil. Namun lebih dari kisah persahabatan di atas yang kita semua tahu akhirnya, lebih-lebih doa yang kita naikkan. Kita memiliki Pribadi yang lebih jelas yaitu Allah atau lebih jelas lagi Bapa. Bapa tentu memiliki sifat-sifat yang Murah hati, Penyayang, Maha Kuasa, namun Ia juga Maha Bijaksana.


Bapa manakah di antara kamu,
jika anaknya minta ikan dari padanya,
akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
Atau, jika ia minta telur,
akan memberikan kepadanya kalajengking?
Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga!
Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada mereka yang meminta kepada- Nya."
(Luk. 11:11-13)

Jangan menyerah jika kita sudah meminta namun hasil belum ada. Baiklah kita menambah sedikit ramuan usaha kita dengan ‘bumbu tambahan’ seperti dalam kisah di atas yaitu, menghilangkan rasa malu (atau berterus terang), dan menjadi sahabat yang bisa diandalakan (suatu ketika jika posisi kita menjadi yang dipinjami). Kita harus tahu diri seandainya menjadi seseorang yang harus dibangunkan di tengah hari!

Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan.
(Luk. 10:11)

Lebih jelas dan tegas mempelajari Luk. 18:1-8. Oleh LAI perikop tersebut diberi judul: “Perumpamaan tentang hakim yang tak benar”. Dikisahkan dengan jelas bahwa beberapa waktu lamanya hakim itu menolak (Luk. 18:4). Hakim menolak permintaan seorang janda yang berjuang agar haknya terhadap lawannya dibela. Menurut saya, kisah ini menyangkut pengadilan atau hukum, jadi pastilah janda itu meminta agar perkaranya dimenangkan. Tidak disebutkan suatu perkara apa.
Menariknya si hakim sepertinya adalah seorang hakim yang ‘bisa dibeli’. Seperti dikatakan hakim tersebut:

Walaupun aku tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorangpun,
namun karena janda ini menyusahkan aku,
baiklah aku membenarkan dia,
supaya jangan terus saja ia datang
dan akhirnya menyerang aku."
(Luk. 18:4-5)

Ya, dalam ayat 6 Tuhan mengatakan bahwa hakim itu adalah hakim yang lalim (artinya tidak adil). Meski tidak ada penjelasan lebih, mungkin hakim itu bisa disuap untuk memenangkan perkara-perkara yang seharusnya salah menjadi benar dan yang benar bisa menjadi salah. Kalau praktek mafia hukum di zaman sekarang saja masih ada, tentunya mudah bagi kita memahami pengadilan hukum yang digambarkan Yesus di zaman dulu.
Intinya usaha janda tersebut berhasil. Memang tidak dijelaskan, janda itu kaya atau miskin. Tapi yang harus digaris bawahi adalah usaha janda tersebut yang selalu datang kepada hakim itu agar dibela haknya dan sepertinya janda itu tak mampu memberikan uang suap. Jika janda itu mampu menyuap hakim, mengapa ia selalu datang?! Jika janda itu kaya tentu ia sadar dan tahu apa mau si hakim. Cukup sekali saja datang dan memberikan uang sogokan yang diminta hakim lalim itu, habis perkara! Karena hakim itu menolak, kemungkinan besar janda itu tidak melakukan suap. Jadi kemauan hakim yang akhirnya bersedia membela perkara si janda adalah murni usahanya sendiri tanpa suap dari si janda.

Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya
yang siang malam berseru kepada-Nya?
Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka.
Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang,
adakah Ia mendapati iman di bumi?".
(Luk. 18:6-8)

Menutup tulisan ini, marilah kita naikkan doa kita dengan tak jemu. Mungkin tulisan ini sedikit atau malahan sangat menghibur hati Anda. Namun bisa juga sebaliknya, tak ada pengaruh apa pun setelah membacanya, dan Anda cenderung apatis (acuh tak acuh; tidak peduli; masa bodoh). Yang jelas melalui perenungan ini, saya diberkati. Dan sesungguhnya pengharapan utama orang Kristen itu adalah keselamatan kekal yang sudah dan segera digenapi. Memang secara manusiawi, lebih enak melihat bukti daripada sekedar janji, lebih memilih mengalami dan bukan orang lain alami. Nah, tunggu sebentar… mungkin itulah mengapa saat ini kita sedang mengalami penolakan?!
Salam Kasih Kristus! (DC/20/12/10)

0 komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran

SolaAgape. Diberdayakan oleh Blogger.
 

My Blog List

Site Info

Padaleman Suci GKJ Tanjungtirto

Followers

Sekolah Agape Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template